SYEIKH MUDA TUANKU TGK.SAMUNZIR BIN HUSEIN
AAC DAYAN DAWOOD
ME AND FRIEND
Sabtu, 07 Februari 2015
Yang haq akan tetap nyata, yang bathil akan lenyap
Dalam
perkembangan zaman sekarang ketika kita menjumpai seorang da’i/juru dakwah
berdiri menyampaikan risalah Allah SWT dan melanjutkan perjuangan rasulullah
SAW, pasti terdapat dua golongan yaitu golongan yang mematuhi dakwah dan
golongan yang melawan dan menentang adanya dakwah.
Golongan
yang mematuhi dakwah ada tiga tipe :
-
Orang-orang yang
menyambut dakwah segera setelah dakwah itu muncul, dan bangkit untuk memperjuangkannya.
yaitu Orang yang tidak diam apabila melihat kebenaran itu teraniaya dan
terabaikan.
-
Para pengikut yang
setia. Dengan memperhatikan orang-orang terdahulu dalam tingkatan fikiran dan
akhlak, tidak berani menempuh jalan baru, hanya melanjutkan apa yang sudah
dilakukan orang-orang terdahulu. ( Jangan buang adat, selama itu untuk kebaikan
dan kemaslahatan bersama)
-
Orang-orang yang lemah.
Orang yang percaya akan kebenaran setelah puas akan kebenaran itu, dan mereka
menghabiskan kehidupan mereka demi
tuntutan kebenaran itu. Namun karna lemahnya keinginan itu, mereka tergelincir
jatuh dan bangun, meskipun niat mereka ikhlas akan tetapi kebangkitan mereka
setiap kali tergelincir itu demi menempuh jalan yang benar. Tiap tergelincir
jatuh tanpa bangun dan apabila bangunpun menuju jalan yang sesat sesungguhnya
mereka senantiasa mengakui kelalaiannya dengan rasa malu dan penyesalan dan
mereka memperbaikinya dengan taubat dan istighfar.
Faktor
yang mnyebabkan orang2 menentang adanya dakwah yaitu :
-
Semangat jahiliyah
-
Kesombongan dan
kedengkian
-
Keuntungan pribadi
a. Semangat
jahiliyah
Yaitu
suatu akibat yang berasal dari kesetiaan terhadap sistim jahiliyah.bagi yang
tetap mempertahankan sistim jahiliyah itu maka diwaktu mereka melihat suatu
dakwah bangkit dan hendak menghilangkan sistim jahiliyah yang telah mereka bangun,
bangkit pula revolusi mereka. Meledaklah kebencian mereka, muncullah kedengkian
dan kemarahan besar yang akhirnya bergeraklah mereka dan bersiap diri untuk
perang dan melawan dengan jiwa dan harta. Contoh yang tepat adalah Abu lahab.
Abu lahab adalah paman Rasulullah sendiri, yang selalu aktif dalam memerangi
dakwah sampai akhir hidupnya.
b. Kesombongan
dan kedengkian
Ketika
Rasulullah SAW melaksanakan dakwahnya maka dakwah Nabi yang memaparkan tentang
kebenaran yang haq tidak diterima oleh pemimpin-pemimpin, ahli kitab yang
merasa dirinya lebih hebat dan pintar dan para pemuka agama yang merasa dirinya
alim, kecuali beberapa orang yang dapat
dihitung dengan jari. Yang menerima dakwah Nabi SAW adalah dari golongan rendah, orang-orang yang
terdhalimi, kaum-kaum yang lemah, mereka-mereka yang berhati bersih, tulus dan
ikhlas.
Al-Quran
menyatakan bahwa mereka yang telah menerima dakwah islamiah itu sebagai
orang-orang berjiwa mulia “sesungguhnya mereka itu tidak sombong”.Hal ini
menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak tertipu dengan pimpinan
keagamaan atau yang bersifat dunia sedikitpun.
Pada
saat dakwah sudah berperan, mendatangkan hasilnya, membentangkan akar-akarnya
dan meluas karenanya, disitulah mereka melihat seakan-akan bumi tertarik dari
bawah kakinya, sehingga tergoncanglah mereka dengan goncangan yang
membangkitkan kedengkian dan dendam, mereka berbuat, menempuh segala cara dan melakukan
segala tipu daya untuk menghancurkan sang pendakwah. Sebelum Nabi Muhammad SAW,
Nabi Isa a.s. juga berdakwah, dikatakan dalam injil dan al-Quran bahwa
orang-orang alim dan orang-orang pintar dari qudus (orang-orang Jerussalem) ,
tidak seorangpun diantara mereka yang beriman kepada dakwahnya Nabi isa a.s,
sehingga ia pergilah kepantai, lalu ia menyebarkan dakwahnya pada para nelayan,
para nelayan yang telinganya mendengar dan hatinya tergugah oleh dakwah.
c. Keuntungan
pribadi
Golongan
yang menentang kebenaran atas dasar kepentingan diri sendiri, dalam setiap
langkahnya adalah ‘imbalan’ dan mereka tidak rela memikul tanggung jawab
apapun. Ukuran yang haq dan bathil itu bagi mereka adalah diri sendiri, yang
benar baginya adalah yang membawa manfaat bagi dirinya sendiri, sesuatu yang
merugikan kepentingan dirinya sendiri itulah yang bathil. Orang yang mempunyai
kelalaian dan moral yang rendah ini, mereka akan menentang dakwah, ketika sang
juru dakwah memaparkan kebenaran diatasnya, yang dapat menyingkap topengnya
dihadapan manusia, membuka mata mereka tentang busuknya ‘tendensi mereka’ dan
ketamakan mereka terhadap kepentingan-kepentingan pribadi. Hubungan mereka dengan
dakwahpun didasarkan pada kemunafikan secara utuh.
Dakwah
menuju kemuliaan akhlak dan kasih sayang, pertolongan, persaudaraan,
pengorbanan, dan persamaan kemuliaan tidak membangkitkan perhatian mereka dan
tidak menentramkan mereka. Hati mereka telah mati dan telinga mereka telah tuli
bagi dakwah seperti ini, tidak diragukan lagi bahwa tidak ada dalam diri mereka
kecintaan terhadap kebenaran. Maka perlawananpun menggunakan tipu muslihat, adu
domba, umpatan, makian dan celaan.
Maka
kembalilah kita ke tali yang tidak pernah putus, yaitu kalimah Laa iLaa Ha
iLLaLLaah… jangan pernah berhenti berzikir, memuji Allah, bertasbih kepada
Allah. Seperti kata Guru besarku, pada saat kita mencintai seorang manusia
setiap menit-menit waktu yang terbayang adalah “dia’, begitulah seharusnya
ketika mencintai Allah, sudah berapa tahun kita hidup di bumi Allah, menghirup
udara milik Allah, memakan rezeki dari pemberian Allah, menggunakan tangan
kaki, suara, mata, telinga, dan semua anggota tubuh yang Allah ciptakan dengan
luar biasa, semua yang Allah berikan yang sedikit sekali kita mensyukurinya,
bahkan tidak pernah ingat kepada yang sudah menciptakan semua itu. Sadarkah
kita selama ini kita hidup, bergerak, semua karena Maha Kuasanya Allah.
Sadarkah kita setelah melihat luasnya bumi, panasnya matahari, indahnya bulan
dan bintang-bintang, begitu banyak planet-planet di alam semesta ini,
benda-benda langit yang ada di seluruh galaksi, bahkan yang tak tampak yg belum qt tau.
begitu Maha Besarnya Allah yang menciptakan semuanya. Allah mengirimkan
utusan-utusannya yaitu para rasul, yang menerangkan bahwa Allah lah yang patut
kita sembah, yang patut kita puji, Allah yang Maha segala-galanya dan kita
wajib memercayainya. Rasul yang terakhir ialah Muhammad, penutup para Nabi, tdk
ada Nabi setelah Nabi Muhammad. Bahkan saat nabi isa as turun untuk
menghancurkan dajjal, Nabi isa tdk pernah mengatakan dia seorang Nabi, bahkan
tdk seorangpun tau. Allah lah yang tau. Karena tdk ada Nabi lagi setelah Nabi
Muhammad.
Tetapi
kita sudah terpaku kepada dunia kita, kita sudah lalai oleh dunia. Hidup kita
sudah bergantung pada manusia dan uang. Guru mengharap gaji dari pemerintah,
Ustad mengharap uang sumbangan dari hasil menyampaikan ilmu agamanya, penjual
mengharap uang dari pembelinya. Pernahkah kita bayangkan ketika Allah menghentikan
semua itu ? karena kita sudah lupa mengharap kepadaNya, Allah akan Murka kepada
kita. Jika kita berharap kepada manusia, kemudian Allah tdk mengizinkannya, dan
tdk menghendakinya, sungguh kita akan kecewa kepada manusia itu sendiri.
Andaikata kita berharap hanya semata kepada Allah, Allah akan memberikannya,
karena Allah suka kita meminta kepadanya, karena saat itu Nampak bahwa kita
hanya hamba yang tidak memiliki apa-apa, hanya kepada Allah kita berhak meminta
pertolongan. Allah akan menolong hambanya terserah bagaimana caranya melalui
sebab-sebab. Kita memohon kpda Allah supaya memperoleh rezeki yang halal, Allah
akan memberikannya melalui sebab misalnya seorang petani, Allah akan membuat
tanamannya subur, panen yg menguntungkan. Atau seorang nelayan, Allah akan
membuat hasil tangkapan ikan yang banyak, dan kualitas yang baik. Atau pemuda
yang belum mendapatkan pekerjaan, Allah akan menunjukkan jalan kemana dia harus
melangkah untuk memperoleh rezekinya. Atau juga seorang yang ‘alim dan pintar
ilmu agamanya, apabila dia ikhlas ketika menyampaikan risalah Allah dan
Rasulullah, maka orang-orang akan butuh tausiahnya, orang-orang akan ikhlas
juga memberi
sedekah atas ilmunya.
Subhanallah,
sungguh kita tidak pernah menyadari betapa Mulianya Allah. Kita memohon ingin
diberikan ini dan itu, kita merasa belum cukup atas apa yang kita miliki.
Bahkan ketika mengharap kepada Allah, kemudian Allah belum mengabulkannya, kita
mengeluh. Kita tidak pernah sadar dan bersyukur dengan yang sudah diberikan
terlebih dahulu. Coba yakinlah satu kata ini, Bangun di pagi hari, dan kita
masih hidup, pernahkan kita sadar ? maka bagaimana dengan yang lain, Andai
Allah membuat nafas sesak, Andai Allah tidak memberikan kentut, Andai Allah
tidak membuat kita tertidur, Andai Allah tidak membuat kita kencing
berhari-hari, tidak bisa Buang hajat, Andai Allah tidak menghendaki apapun atas diri kita, maka siapalah kita.
Ketika sakit saja kita tidak sanggup bangun, maka Allah memberikan kesehatan,
lalu kita dengan qudrah iradah Allah bisa bangkit kembali, maka banyak lah
bersyukur mengingat Allah. Selalulah berzikir saat duduk, tidur, berdiri, atau
dimanapun kecuali ditempat yang tidak suci seperti kamar mandi.
Andaikata
semua orang didunia ini hanya menghambakan dirinya hanya kepada Allah, meminta
kepada Allah, menyembah Allah, mengingat segala sesuatu yang terjadi hanya
karena Kehendak Allah, menyadari segala sesuatu yang ada didunia ini hanya
milik Allah, bahkan diri kita sendiri yang apabila Allah tdk memberikan nyawa,
maka kita hanyalah jasad yang akan membusuk dan menjadi tulang belulang, dan
tulang itu jutaan tahun kemudian juga akan rapuh dan hilang menjadi tanah.
Siapalah kita tanpa Allah. Hanya nafsu yang kita punya dalam hidup ini. Nafsu
yang membuat kita tidak pernah sadar akan kebesaran Allah, nafsu yang membuat
kita melakukan kejahatan, melakukan kemaksiatan.
Langganan:
Postingan (Atom)