Pages

Labels

Daftar

wellcome in my place...

syarifah layla rahma

SYARIFAH LAILA RAHMAN

never give up if you wanna be succes....

value

syarifah.layla@yahoo.com. Diberdayakan oleh Blogger.

thank you...

Mengenai Saya

Foto saya
speak out frankly and friendship...

Search

Copyright Text

Sabtu, 07 Februari 2015

WE LOVE MAJLIS ZIKRULLAH ACEH & MAJLIS SHALAWAT ACEH

 SYEIKH MUDA TUANKU TGK.SAMUNZIR BIN HUSEIN




  AAC DAYAN DAWOOD

 ME AND FRIEND

Yang haq akan tetap nyata, yang bathil akan lenyap

Dalam perkembangan zaman sekarang ketika kita menjumpai seorang da’i/juru dakwah berdiri menyampaikan risalah Allah SWT dan melanjutkan perjuangan rasulullah SAW, pasti terdapat dua golongan yaitu golongan yang mematuhi dakwah dan golongan yang melawan dan menentang adanya dakwah.
Golongan yang mematuhi dakwah ada tiga tipe :
-          Orang-orang yang menyambut dakwah segera setelah dakwah itu muncul, dan bangkit untuk memperjuangkannya. yaitu Orang yang tidak diam apabila melihat kebenaran itu teraniaya dan terabaikan.
-          Para pengikut yang setia. Dengan memperhatikan orang-orang terdahulu dalam tingkatan fikiran dan akhlak, tidak berani menempuh jalan baru, hanya melanjutkan apa yang sudah dilakukan orang-orang terdahulu. ( Jangan buang adat, selama itu untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama)
-          Orang-orang yang lemah. Orang yang percaya akan kebenaran setelah puas akan kebenaran itu, dan mereka menghabiskan  kehidupan mereka demi tuntutan kebenaran itu. Namun karna lemahnya keinginan itu, mereka tergelincir jatuh dan bangun, meskipun niat mereka ikhlas akan tetapi kebangkitan mereka setiap kali tergelincir itu demi menempuh jalan yang benar. Tiap tergelincir jatuh tanpa bangun dan apabila bangunpun menuju jalan yang sesat sesungguhnya mereka senantiasa mengakui kelalaiannya dengan rasa malu dan penyesalan dan mereka memperbaikinya dengan taubat dan istighfar.
Faktor yang mnyebabkan orang2 menentang adanya dakwah yaitu :
-          Semangat jahiliyah
-          Kesombongan dan kedengkian
-          Keuntungan pribadi

a.       Semangat jahiliyah
Yaitu suatu akibat yang berasal dari kesetiaan terhadap sistim jahiliyah.bagi yang tetap mempertahankan sistim jahiliyah itu maka diwaktu mereka melihat suatu dakwah bangkit dan hendak menghilangkan sistim jahiliyah yang telah mereka bangun, bangkit pula revolusi mereka. Meledaklah kebencian mereka, muncullah kedengkian dan kemarahan besar yang akhirnya bergeraklah mereka dan bersiap diri untuk perang dan melawan dengan jiwa dan harta. Contoh yang tepat adalah Abu lahab. Abu lahab adalah paman Rasulullah sendiri, yang selalu aktif dalam memerangi dakwah sampai akhir hidupnya.
b.      Kesombongan dan kedengkian
Ketika Rasulullah SAW melaksanakan dakwahnya maka dakwah Nabi yang memaparkan tentang kebenaran yang haq tidak diterima oleh pemimpin-pemimpin, ahli kitab yang merasa dirinya lebih hebat dan pintar dan para pemuka agama yang merasa dirinya alim,  kecuali beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari. Yang menerima dakwah Nabi SAW adalah  dari golongan rendah, orang-orang yang terdhalimi, kaum-kaum yang lemah, mereka-mereka yang berhati bersih, tulus dan ikhlas.
Al-Quran menyatakan bahwa mereka yang telah menerima dakwah islamiah itu sebagai orang-orang berjiwa mulia “sesungguhnya mereka itu tidak sombong”.Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak tertipu dengan pimpinan keagamaan atau yang bersifat dunia sedikitpun.
Pada saat dakwah sudah berperan, mendatangkan hasilnya, membentangkan akar-akarnya dan meluas karenanya, disitulah mereka melihat seakan-akan bumi tertarik dari bawah kakinya, sehingga tergoncanglah mereka dengan goncangan yang membangkitkan kedengkian dan dendam, mereka berbuat, menempuh segala cara dan melakukan segala tipu daya untuk menghancurkan sang pendakwah. Sebelum Nabi Muhammad SAW, Nabi Isa a.s. juga berdakwah, dikatakan dalam injil dan al-Quran bahwa orang-orang alim dan orang-orang pintar dari qudus (orang-orang Jerussalem) , tidak seorangpun diantara mereka yang beriman kepada dakwahnya Nabi isa a.s, sehingga ia pergilah kepantai, lalu ia menyebarkan dakwahnya pada para nelayan, para nelayan yang telinganya mendengar dan hatinya tergugah oleh dakwah.
c.       Keuntungan pribadi
Golongan yang menentang kebenaran atas dasar kepentingan diri sendiri, dalam setiap langkahnya adalah ‘imbalan’ dan mereka tidak rela memikul tanggung jawab apapun. Ukuran yang haq dan bathil itu bagi mereka adalah diri sendiri, yang benar baginya adalah yang membawa manfaat bagi dirinya sendiri, sesuatu yang merugikan kepentingan dirinya sendiri itulah yang bathil. Orang yang mempunyai kelalaian dan moral yang rendah ini, mereka akan menentang dakwah, ketika sang juru dakwah memaparkan kebenaran diatasnya, yang dapat menyingkap topengnya dihadapan manusia, membuka mata mereka tentang busuknya ‘tendensi mereka’ dan ketamakan mereka terhadap kepentingan-kepentingan pribadi. Hubungan mereka dengan dakwahpun didasarkan pada kemunafikan secara utuh.
Dakwah menuju kemuliaan akhlak dan kasih sayang, pertolongan, persaudaraan, pengorbanan, dan persamaan kemuliaan tidak membangkitkan perhatian mereka dan tidak menentramkan mereka. Hati mereka telah mati dan telinga mereka telah tuli bagi dakwah seperti ini, tidak diragukan lagi bahwa tidak ada dalam diri mereka kecintaan terhadap kebenaran. Maka perlawananpun menggunakan tipu muslihat, adu domba, umpatan, makian dan celaan.
Maka kembalilah kita ke tali yang tidak pernah putus, yaitu kalimah Laa iLaa Ha iLLaLLaah… jangan pernah berhenti berzikir, memuji Allah, bertasbih kepada Allah. Seperti kata Guru besarku, pada saat kita mencintai seorang manusia setiap menit-menit waktu yang terbayang adalah “dia’, begitulah seharusnya ketika mencintai Allah, sudah berapa tahun kita hidup di bumi Allah, menghirup udara milik Allah, memakan rezeki dari pemberian Allah, menggunakan tangan kaki, suara, mata, telinga, dan semua anggota tubuh yang Allah ciptakan dengan luar biasa, semua yang Allah berikan yang sedikit sekali kita mensyukurinya, bahkan tidak pernah ingat kepada yang sudah menciptakan semua itu. Sadarkah kita selama ini kita hidup, bergerak, semua karena Maha Kuasanya Allah. Sadarkah kita setelah melihat luasnya bumi, panasnya matahari, indahnya bulan dan bintang-bintang, begitu banyak planet-planet di alam semesta ini, benda-benda langit yang ada di seluruh galaksi, bahkan yang tak tampak yg belum qt tau. begitu Maha Besarnya Allah yang menciptakan semuanya. Allah mengirimkan utusan-utusannya yaitu para rasul, yang menerangkan bahwa Allah lah yang patut kita sembah, yang patut kita puji, Allah yang Maha segala-galanya dan kita wajib memercayainya. Rasul yang terakhir ialah Muhammad, penutup para Nabi, tdk ada Nabi setelah Nabi Muhammad. Bahkan saat nabi isa as turun untuk menghancurkan dajjal, Nabi isa tdk pernah mengatakan dia seorang Nabi, bahkan tdk seorangpun tau. Allah lah yang tau. Karena tdk ada Nabi lagi setelah Nabi Muhammad.
Tetapi kita sudah terpaku kepada dunia kita, kita sudah lalai oleh dunia. Hidup kita sudah bergantung pada manusia dan uang. Guru mengharap gaji dari pemerintah, Ustad mengharap uang sumbangan dari hasil menyampaikan ilmu agamanya, penjual mengharap uang dari pembelinya. Pernahkah kita bayangkan ketika Allah menghentikan semua itu ? karena kita sudah lupa mengharap kepadaNya, Allah akan Murka kepada kita. Jika kita berharap kepada manusia, kemudian Allah tdk mengizinkannya, dan tdk menghendakinya, sungguh kita akan kecewa kepada manusia itu sendiri. Andaikata kita berharap hanya semata kepada Allah, Allah akan memberikannya, karena Allah suka kita meminta kepadanya, karena saat itu Nampak bahwa kita hanya hamba yang tidak memiliki apa-apa, hanya kepada Allah kita berhak meminta pertolongan. Allah akan menolong hambanya terserah bagaimana caranya melalui sebab-sebab. Kita memohon kpda Allah supaya memperoleh rezeki yang halal, Allah akan memberikannya melalui sebab misalnya seorang petani, Allah akan membuat tanamannya subur, panen yg menguntungkan. Atau seorang nelayan, Allah akan membuat hasil tangkapan ikan yang banyak, dan kualitas yang baik. Atau pemuda yang belum mendapatkan pekerjaan, Allah akan menunjukkan jalan kemana dia harus melangkah untuk memperoleh rezekinya. Atau juga seorang yang ‘alim dan pintar ilmu agamanya, apabila dia ikhlas ketika menyampaikan risalah Allah dan Rasulullah, maka orang-orang akan butuh tausiahnya, orang-orang akan ikhlas juga memberi sedekah atas ilmunya.
Subhanallah, sungguh kita tidak pernah menyadari betapa Mulianya Allah. Kita memohon ingin diberikan ini dan itu, kita merasa belum cukup atas apa yang kita miliki. Bahkan ketika mengharap kepada Allah, kemudian Allah belum mengabulkannya, kita mengeluh. Kita tidak pernah sadar dan bersyukur dengan yang sudah diberikan terlebih dahulu. Coba yakinlah satu kata ini, Bangun di pagi hari, dan kita masih hidup, pernahkan kita sadar ? maka bagaimana dengan yang lain, Andai Allah membuat nafas sesak, Andai Allah tidak memberikan kentut, Andai Allah tidak membuat kita tertidur, Andai Allah tidak membuat kita kencing berhari-hari, tidak bisa Buang hajat, Andai Allah tidak menghendaki apapun atas diri kita, maka siapalah kita. Ketika sakit saja kita tidak sanggup bangun, maka Allah memberikan kesehatan, lalu kita dengan qudrah iradah Allah bisa bangkit kembali, maka banyak lah bersyukur mengingat Allah. Selalulah berzikir saat duduk, tidur, berdiri, atau dimanapun kecuali ditempat yang tidak suci seperti kamar mandi.

Andaikata semua orang didunia ini hanya menghambakan dirinya hanya kepada Allah, meminta kepada Allah, menyembah Allah, mengingat segala sesuatu yang terjadi hanya karena Kehendak Allah, menyadari segala sesuatu yang ada didunia ini hanya milik Allah, bahkan diri kita sendiri yang apabila Allah tdk memberikan nyawa, maka kita hanyalah jasad yang akan membusuk dan menjadi tulang belulang, dan tulang itu jutaan tahun kemudian juga akan rapuh dan hilang menjadi tanah. Siapalah kita tanpa Allah. Hanya nafsu yang kita punya dalam hidup ini. Nafsu yang membuat kita tidak pernah sadar akan kebesaran Allah, nafsu yang membuat kita melakukan kejahatan, melakukan kemaksiatan.