Terlihat keras kepala tapi juga mulai merasa takut, Munir mencoba
bertahan seperti seekor tupai yang kehujanan diatas dahan,dia tidak berani
bergerak sedikitpun.Diatas pohon dan dibatasi dinding pembatas rumah yang
tinggi dari kejauhan dilihatnya pintu gerbang terbuka lalu masuklah sebuah
mobil mewah yang berjalan perlahan dan akhirnya berhenti di halaman rumah itu, pintu mobil terbuka kemudian Munir melihat
gadis itu keluar dari mobil mewahnya. Gadis yang selalu di incarnya sejak
beberapa hari yang lalu.
Wulan adalah gadis yang anggun, setiap mata yang
memandang pasti akan terpana akan kecantikannya, tidak hanya para lelaki bahkan
teman-temannya juga selalu kagum padanya, banyak laki-laki menyukainya terlebih
Munir,apalagi ayah wulan adalah orang terpandang di kampung itu, jadi ada
banyak hal yang terlihat sempurna dari wulan yang ingin dimiliki lelaki
manapun. Wulan wanita yang ramah, cantik, tidak sombong meski dari keluarga
cukup terpandang, dia punya sosial yang sangat tinggi.
#
Pernah mendengar suara
benda jatuh dari pohon? kira2 seperti itulah munir terjatuh, sambil merintih
bandel, munir menyentuh pinggangnya yang kesakitan berlari kecil menjauh agar
tidak benar2 ketauan mengintip. Sehingga setelah penjaga kebun memeriksa munir
sudah jauh.
Sore harinya wulan datang
kerumah munir untuk mengantar baju jahitan, karna ibunya sudah terbiasa menjahit
meski tidak punya toko kusus untuk memudahkan usaha menjahit. Mereka menerima
jahitan dari penduduk sekitar walau kadang dengan bayaran seadanya.
wulan sudah sampai ke rumah munir tetapi dia tidak
langsung masuk, dan tak sengaja mendengar pembicaraan ibu munir.
“Munir, hidup kita sudah
sangat susah.. pergilah merantau, ibu sudah terlalu tua untuk menjahit, adik2
mu butuh biaya sekolah yang tidak sedikit.. sejak ayahmu meninggal kesehatan
ibu sudah menurun, ibu sakit-sakitan, sedang apa tugasmu dikampung selain
menggoda para gadis...” kata ibunya
sambil terbatuk2, dan meneruskan jahitannya.
Wanita itu terlihat ingin selalu kuat di depan anak2’a.
Umur 40 thn yang sebenarnya belum trlalu tua tapi sedikit lebih keriput akibat
kerja keras, beban hidup dan tanggung jawab.
“.. iya bu, aku akan pergi akhir pekan ini dengan
beberapa teman, tapi pekerjaannya kasar.. blm tentu uangnya cukup untuk makan
disana..”
sahut munir yang keluar dari kamar dan menghampiri
mesin jahit ibunya.
Ibu munir menghentikan jahitannya dan memberi
sedikit nasehat kepada munir..
“Terus berusaha saja, Ayah selalu menginginkanmu
lebih dari dirinya.. Ibu akan bahagia jika kau bisa bahagiakan dirimu sendiri.
Tapi jika kelak kau berhasil jangan lupakan dua adik2 mu, meskipun kau akan
durhaka jika melupakan Ibumu..”
Suasana menjadi sedikit mengharukan, apalagi wulan
yang sejak tadi mendengar semuanya kini mulai meneteskan airmata, Tingkat
kepeduliannya kepada orang lain terlihat jelas di matanya. Wulan berbalik, dia
menghapuskan airmatanya, agar tak ada yang tau dirinya sedang menangis.
Ketika wulan kembali membalikkan badannya dan
hendak masuk, ia melihat munir sudah berada di pintu dengan terheran heran.
“...wulan ???”
kata munir terkejut. Lalu pergi karna merasa malu. Munir tau bahwa wulan
mendengar semua pembicaraannya.
Wulan ingin mengejar dan ingin minta maaf, tapi ia
lebih memilih mendekati ibunya munir lebih dulu.. lalu mereka membicarakan
sesuatu.
Sementara itu, Dengan kesal munir menghentakkan
tubuhnya di pos jaga, dimana disitulah sarang pemuda2 desa. Tempat mereka
menghabiskan waktu dan mnikmati masa muda mereka.
“...waww.. teman2.. Dia kelihatan lebih tampan
dengan wajah seperti ini” kata salah satu temannya, lalu teman yang lainnya
ikut tertawa terbahak’bahak.
Saat itu munir jadi bahan lelucon teman2’nya, Teman dekatnya Fauzan ikut
bertanya,
“kenapa
wajahmu teman..”
yang langsung di sambut satu temannya yang lain bernama heri,
“ Fauzan, biarkan aku yang bertanya.. Kenapa
wajahmu teman... ha ha ha “
kemudian fauzan kembali tertawa dan menjawab, “ hahaa itu pertanyaan ku
kawan..”
heri langsung membalas,
“ iya, hanya saja aku dengan
intonasi yang berbeda,ha ha ha... kau terlalu tegang, lihatlah gayaku... yang
puitis...”
seperti itulah keakraban mereka, munir hanya
tersenyum kecil melihat tingkah teman2nya sambil menggeleng2 kan kepala,tapi tetap
saja dalam ingatan hanya ada rasa malu
terhadap wulan, kadang munir sempat berpikir kenapa ia terlahir menjadi miskin,
pertanyaan yang tak pernah bisa di jawab bahkan oleh orang pintar sekalipun.
Setahun setelah Munir berangkat dari rumah, Ibunya
mulai gelisah. Munir blm memberi kabar apapun sejak kepergiannya. Kegelisahan
Ibunya menjadi-jadi. Setiap mlm Ibunya sllalu kepikiran anak tertuanya itu.
Setiap doa adalah hanya untuk keselamatan Munir di perantauan.
Pada sore harinya ketika adik-adiknya pulang
mengaji, ibu munir memanggil adiknya munir
yg paling kecil,
“ ikbal, sudah ashar kamu nak?.. kalo blm, shalat
dulu... setelah itu jangan lupa berdoa untuk ayah, juga untuk abangmu.. Ibu
sangat khawatir, hampir satu tahun abangmu gak kasih kabar apapun ke Ibu...”
“ Abang kan laki-laki.. Ibu gak perlu cemas. Bang
Munir pasti baik-baik saja disana, bukan kah Ibu yang bilang, jgn Takut apapun,
karna Allah slalu bersama kita. Iya kan? Allah pasti sedang menjaganya dsana,
jd ibu jgn sedih lagi..”
Jawaban anak kecil yang sangat menyejukkan hati
orang tua manapun. Ibunya tersenyum melihat anaknya yg menggemaskan itu..
setelah anaknya berlalu masuk rumah, di beranda
rumah Ibu munir duduk termenung. Tapi beberapa saat kemudian dari jauh ada yang
berlari sambil menyebut nama ibunya munir,dia datang dgn terburu2,,, dan
ngos-ngosan.
“Bu rahmah... ada surat Bu... dari Munir.. saya
dpt kiriman surat ini dari angkut yg lewat... saya permisi dulu bu, ladang msih
d biarin, takut ada ternak orang yang masuk... “
“ Alhamdulillah... terima kasih banyak pak hasan,aduh terburu2 sekali... minum dulu,
saya jadi tdk enak....” sahut Ibunya sambil tersenyum dan mencoba mencegah...
Namun orang itu tetap pamit pulang, dan pergi
begitu terburu-buru..
Ibu munir merobek bagian ujung amplop, suratnya
langsung d ambil. Dengan cepat membacakan isi surat nya, munir hanya menulis
beberapa baris saja.
Ibu,
Munir
disini sehat,Alhamdulillah. dan pekerjaan lancar. Munir berharap Ibu, maya dan
ikbal juga sehat-sehat saja.ini ada sedikit uang, Munir hanya punya segitu.
300.000 emang bukan apa2, tapi itu cukup untuk membeli benang dan peralatan
jahit ibu. Doakan munir dsini ya bu.
Anakmu
munir.
kamu tak perlu kirimkan uang untuk Ibu nak,kamu
baik-baik saja Ibu sangat gembira mndengarnya. Bisiknya dlm hati. Ibu munir
sangat sedih campur terharu.
kamu tau
sesuatu nak, Wulan membeli mesin jahit baru untuk Ibu, dan Ibu sekarang bekerja
d pabrik teman ayahnya. Pabrik tekstil terbesar di kota kita. Ibu tak perlu
bekerja keras lagi sampai larut malam sperti dulu, tugas ibu disana hanya
mengajar menjahit, layaknya seorang guru.
Ibu suka
pekerjaan itu. Sedangkan maya, sepulang sekolah juga sering ke pabrik, dia
membantu tmn-tmn ibu dsana. Kata wulan, Lulus SMA tahun depan, maya bisa kuliah
di manajemen industri. Maya anak pintar, dia sering membantu menghitung pasokan
kain berdasarkan jenis bahan dgn cepat.
Munir tdk melanjutkan lagi bacaan surat balasan
dari ibunya, dia terisak-isak menangis karna telah membohongi ibunya.
“maafkan Munir bu...”
Diperantauan munir ternyata belum mendapatkan
pkerjaan yg dengan bangga bisa diceritakan kepada ibu dan adik-adiknya, ia
bahkan malu pada adiknya maya, maya yang masih SMA saja sudah bisa di
percayakan oleh perusahaan besar. Munir benar-benar ingin membahagiakan ibunya,
tapi keberuntungan belum ada di pihak dia.
Tekad bulat munir membuatnya terus berusaha, ia
hanya membawa ijazah SMA ke tempat perantauannya untuk mencari kerja, sementara
dulu ia pernah masuk kuliah.. pertengahan smester ia non aktif sampai sekarang.
Terhitung hampir 5 tahun. Munir bukanlah orang yang serius, dia hanya pemuda
yang sangat bahagia menikmati hidupnya, itu sebabnya pekerjaan serius pun susah
untuk dia dapatkan. namun saat ia memikirkan nasib keluarganya, terkadang Munir
juga bisa menangis.
Tapi bidadari pujaan hatinya telah menyelamatkan
keluarganya dari keterpurukan, munir berpikir, Tdk kah ia punya keinginan untuk
menaklukkan hati gadis idamannya itu. Hanya orang gila yang akan bilang tidak,
munir ingin menjadi pria sejati yang di idamkan para wanita.
Wajah dan ketulusan hati wulan membuat Munir
bersemangat menjalani hari-harinya di perantauan, hingga perih, sakit, luka, ia
rasakan dengan penuh suka cita. Baginya perih hidupnya blm berarti apa-apa di
bandingkan dengan betapa sakitnya perasaan ibunya jika saja tau kabar gembira
yang ia berikan untuk ibunya itu palsu. Ia akan bersalah selamanya.
Usaha nya yang tdk pantang menyerah membuahkan
hasil, saat munir mau menjadi apapun yg d perintahkan orang lain, ia tidak
pernah peduli apapun pekerjaannya saat itu. Keberuntungan sedikit demi sedikit
mulai memihak pada dirinya.
Berawal dari seorang cleaning service, kemudian ia
menjadi satpam d sebuah kantor dinas kepegawaian. berangkat dari situ karna
hasil didikan Ibunya yang sangat baik, Munir d percaya menjadi staf biasa d
bagian administrasi kantor dinas tersebut.
Setahun
sudah berlalu, munir melanjutkan kembali kuliahnya agar bisa mengurus SK nya.
Ia pindah kuliah kekota itu agar bisa dekat dengan tempat ia bekerja.
Stelah semuanya selesai akhirnya Munir di angkat
menjadi kepala bagian di kantornya, karirnya sangat cepat, karna munir sangat
terampil dlm pekerjaannya. Meski begitu sibuk,bukan berarti dia lupa pada
kampung halamannya.
Munir tidak mengatakan kepada ibunya akan pulang
ke kampung halamannya, ia ingin memberikan kejutan untuk Ibu dan adik-adiknya.dia
sudah punya rencana sendiri.
Munir pulang dengan Mobil mewah, meski blm punya
supir pribadi. Ia bisa mnyetirnya sendiri. Sesampainya di kampung halaman, ia
merasa sangat bangga, setiap penduduk sekitar rumahnya memberi senyum bahagia
untuknya. Di belakang nya ada pak hasan yang mngejar dengan berlari-lari kecil
mengikuti laju mobil Munir masuk lorong Rumahnya.
“Muniiiir.... kamu sekarang sudah jadi pejabat
ya... saya bangga melihat kamu....” seru
pak hasan cengingisan, sambil memandang bangga Munir yang keluar dari
mobilnya setelah di parkir di halaman rumah munir...
“ hehe ah bapak bisa aja, ini perjuangan saya pak
di tempat orang... “ jawab Munir tersenyum ramah dan berjabat tangan sambil
sedikit membungkuk.. agar dia tidak kelihatan sombong dengan kondisinya saat
ini.
Ikbal adiknya yang sudah besar sembunyi di
belakang pintu, munir meninggalkan kampung halamannya sekitar 6 tahun lalu.
Sejak adik-adiknya masih kecil. Tiba-tiba ibunya langsung keluar sambil
menangis terharu melihat putranya pulang dgn sejuta kebahagiaan. Langsung di
peluk dan di ciumnya tangan Ibunya dengan rasa Berterima kasih yang teramat
sangat.
“ini semua berkat doa Ibu...” Munir sudah tidak
bisa berkata-kata lagi.
Pak hasan pun ikut terharu melihat Munir dan
Ibunya, sampai-sampai dia lupa ladangnya sudah di serbu ternak-ternak orang.
“bapaaaak... ladangnyaaaa......” teriak anaknya
dari kejauhan.
“waduh, mati aku !.. sayuran ku..! bu, munir, saya
permisi dulu.... nanti kita sambung lagi ya.....”
Ibunya munir tertawa geli melihat pak hasan yang
selalu sibuk dgn ladang dan ternak2 yang mengganggu ladangnya itu.
Maya dan Ikbal sudah berdiri tepat d belakang
Ibunya, Munir sampai hampir lupa pada dua adiknya itu,
“ Maya... kamu sudah berubah sekarang, pasti
sekarang sudah punya pacar yaa... ayo ngaku...” kata munir sambil mencubit dua pipi adik
perempuan satu2nya itu..
“ih abang sakit tau, maya sudah besar, bukan anak
kecil lagi...” kata maya sedikit kesal sambil mengelus pipinya yg kesakitan,
tingkah abangnya tidak pernah berubah...
“kamu siapa?” tanya munir kepada ikbal pura2 tidak
tau..
Ikbal mengerutkan keningnya, adik kcilnya yang
berusia spuluh tahun itu berlari dan bersembunyi di belakang ibunya.
Lalu merekapun tertawa melihat tingkah Munir yang
tidak pernah berubah itu.
Munir mengambil surat izin dari kantornya beberapa
hari. Dia ingin menghabiskan masa liburannya di kampung halamannya.
Sembari masuk ke dalam rumah.
“oya bu.. ini ada sedikit uang... “ munir
memberikan lagi uang 300.000
Ibunya terheran heran...
“uang apa ini ?” tanya ibunya
“Itu uang bener2 hasil kerja keras Munir bu...”
sahut munir sambil tersenyum...
Ibunya masih heran,
“lantas yang dulu bukan hasil kerja keras?” tanya
ibunya lagi..
“bukan bu.. Munir ngutang 300.000 sama teman wat
ngirim k kampung.. saat itu munir belum dapatin pekerjaan..”
Ibunya menggeleng gelengkan kepala, “seharusnya
kamu ga perlu seperti itu..ibu tau dsana kamu baik2 aja ibu sudah sangat
senang..”
Munir hanya tersenyum.... ia bisa memberikan lebih
dari itu sekarang ini, namun 300.000 itulah simbol perjuangan munir.
Beberapa hari d kampung halaman membuat munir
merasa sangat senang,dia juga menghabiskan waktu bersama teman-temannya di pos
jaga. Tempat dia biasa main. Tetapi beberapa temannya ada juga yang sudah
berkeluarga. Salah satunya heri. Heri meminang anak tetangganya. Jadi dia msih
bisa bertemu heri, sementara teman nya yang lain sudah tinggal d tempat
lainnya.
Pos jaga tidak se ramai dulu, bahkan hanya ada
beberapa orang. Saat itu hanya heri yang ada dsana. Tmn yang satu nya pamit
pulang.
“punya istri itu enak loh :D hi hi ?” Kata heri
tertawa kecil memulai percakapan.
“kapan kau kawin?’’ tanya heri lagi
“belum.. susah juga menaklukkan wanita..” kata
munir pelan
Mereka sama-sama tidur telentang, sambil bicara
melihat ke awang awang... layaknya orang yang sedang menghayal bebas..
“hey kawan.. apa lagi yang kau tunggu.. kau punya wajah
yang lumayan, di banding aku, kau juga sudah menjadi orang hebat, Pasti banyak
wanita yang bersedia..” kata suheri temannya mengacau.
“aku tidak akan menikah dengan wanita seperti
itu...” jawab munir sedikit tegas sambil melihat tmn nya
“Kenapa?” tanya heri lagi
“aku hanya akan menikah dengan orang yang peduli
padaku saat hidupku dalam kondisi terpuruk, bukan Cuma peduli, dia bahkan
mengubah kterpurukan mnjadi hdup yg lebih baik.dan aku sudah menemukan
orangnya, sejak dulu.” Jawab munir yang pandangannya tidak jelas, seakan dia
sdg bcara dgn angan angan nya.
“emmmm masih mengharapkan wulan? Cintamu hebat ya,
bisa bertahan.. sprti tdk ada wanita lain saja di kota besar sana” cetus heri
sembarangan
“memang tidak ada, dimanapun hanya ada wulan. .
bahkan saat aku melarat di perantauan. Karna wajah dan ketulusan hati wulan,
aku bertahan.. semoga hatinya belum dimiliki oleh orang” jwab munir yg sudah
ter tidur di pos jaga. Dia mulai mengigau dgn pertanyaan suheri..
Deru mobil di pinggir jalan kota kecil itu sdikit
bising, membuat munir terjaga dari tidurnya di pos jaga. Lalu segera beranjak
pulang.
Di rumahnya sudah ada wulan yang sedang
membicarakan kuliah maya, munir sampai d pintu rumah yang tanpa malu lagi masuk
ke rumah sederhananya matanya tak pernah lepas memandang wulan dan menyalami
nya.
Wulan sedikit
kaget dan malu sambil bertanya.
“kapan pulang?”
Munir tidak menjawab pertanyaan nya melainkan
pamit keluar sama ibunya,
“bu.. aku ingin mengajak wulan keluar sbentar..”
Ibunya hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu munir
membawa wulan jalan mengelilingi desanya, sambil berbincang2..
“emm gmna rasanya hdup d perantauan..?”
Wulan memulai percakapan.. sambil tersenyum
melihat wajah munir yang linglung sambil berjalan kecil...
Munir memandang senyum itu sedikit lama.. terlihat
dari wajahnya sebuah cinta, senyum itulah yang membuat hidupnya menjadi lebih
baik. Wulan adalah bidadari bagi munir. Bidadari yang menyelamatkan
keluarganya. Bidadari di dalam hatinya. Bahkan wulan tak tergantikan gadis
kota.
“emmm apa tdk ada jawaban untuk pertanyaan ku?”
Wulan kembali bertanya sambil tersenyum sekali
lagi, yang membuat munir terbangun dari pandangannya terhadap wulan.
Munir mulai merasa malu, dia tidak tau ingin
menjawab apa. Dan tersenyum malu tdk tau ingin membicarakan apa. Seperti kebanyakan
orang yang sedang jatuh cinta.
Akhirnya kluar kata2 yang membuat wulan bingung.
“kemanapun aku pergi, aku hanya ingat ibuku dan
adik2 ku. Mereka sungguh beruntung di perhatikan bidadari sepertimu”
Mereka terus berjalan, wulan terlihat sangat
bingung. Munir melanjutkan kata2 nya,
“ di perantauan aku hanya ingin bertahan hidup,
supaya tidak perlu merepotkan ibu d kampung. Saat aku melarat, saat aku
merindukan mereka, saat aku merasa sangat sedih atas nasib yang terasa bgitu
buruk, bahkan saat aku sangat lapar sekalipun, aku msih bisa tersenyum saat
berpikir ibu dan adik2 ku baik2 saja disana karenamu.”
Wulan mulai mendengar serius ucapan2 munir..
Munir terus meracau,
“ satu hal yang tidak pernah bisa kulakukan adalah
memanjat pohon akasia d sebelah tembok rumahmu lagi..”
Meski ucapan munir terlihat bergurau, tapi ia
memandang wulan dengan sangat serius, hingga membuat wulan tersipu malu.
Wulan pun bertanya lagi tanpa memandang munir,
sambil terus berjalan,
“ naik lift di gedung tinggi di tempat kerja abang
kan lebih nyaman..”
Munir mulai mnyatakan perasaannya.. tanpa ragu
lagi..
“ saat aku d kampung dulu, setiap sore hari.. aku
selalu ingin melihatmu pulang.. meski selalu d lempari tukang kebun d rumahmu karna
melihatku sering mengintip dari balik tembok, meski aku selalu jatuh kesakitan,
aku tidak peduli.. tapi saat berada di perantauan, aku merindukan itu. Aku tidak
prnah bisa lagi memanjat akasia itu untuk melihatmu..”
Wulan terdiam.. dan munir melanjutkan lagi
ungkapan isi hatinya,
“Sekarang aku pulang bukan sekedar ingin melihat
ibu dan adik2ku, tapi juga karna merindukanmu, cintaku bertahan, bahkan aku
merasa kuat saat aku lemah d perantauan, semua karenamu.. aku jatuh cinta bukan
karna ayahmu orang terpandang, bukan itu.. tapi hatimu terlalu baik, sampai2
aku terlena olehnya.. kamu memperhatikan kluargaku begitu tulus, tanpa
mengharap apapun.. kami juga tak pernah bisa membalasnya, tapi izinkan aku
mencintaimu.. aku ingin meminangmu”
Wulan sangat tersipu malu oleh kata2 yang d
ucapkan panjang lebar oleh munir..
Lalu munir memandang nya mengharap satu jawaban yang sangat menentukan arah
masa depan bahagianya.. beberapa saat mereka saling memandang dan terdiam. Wulan
juga merasa berdebar2, terlihat dari senyumnya yang tersipu malu. setiap wanita
juga akan merasakan hal yang sama saat ada laki2 yang bgitu tulus
mencintainya.. apalagi munir yang punya wajah rupawan, pemuda desa yang sukses,
juga keluarga yang sudah di kenal olehnya.. dengan tersipu malu wulan menjawab
lembut..
“ minta lah doa restu pada ayah dan ibuku.. “
wulan mngatakannya sambil tersenyum memandang munir yg penuh harap.
Munir bahagia sekali, perasaannya berbunga-bunga..
tak ada kata yang bisa dia ucapkan. Lalu dengan perasaan bahagia mereka pulang.
Dua minggu setelah hari itu, pesta pernikahan
megah di gelar di rumah wulan.. hari itu wulan menjadi wanita paling cantik
bersanding dengan munir yang juga terlihat sangat gagah.
Ibu munir menangis terharu, sambil mencium kening
wulan dan berkata..
“ munir anak ibu yang nakal, terkadang sikapnya
juga menjengkelkan.. tapi saat bersanding dengan nak wulan, dia jadi pria yang
sangat gagah.. semoga jadi pasangan yang bahagia sampai tua nanti..”
Wulan hanya tersenyum, dan munir yang memberi
jawaban pada ibunya..
“ itu dulu bu.. sekarang aku sudah dewasa.. mohon
doa restu untuk kami ya bu.. doakan munir dan wulan bisa mnjadi keluarga yang sakinah
mwaddah warahmah..”
Stelah ibunya berlalu, munir memandang wulan
dengan penuh cinta, bidadari itu sekarang adalah miliknya..
“ aku selalu mencintaimu wulan.. istriku..”
Wulan hanya terus tersenyum bahagia.
oLeh :
SYARIFAH LAILA RAHMAN
*note: tadinya pngin bikin jd novel, d bukukan dan alur critanya d
perpanjang.. tp takut gak ada yg beli bukunya :D hehe
0 komentar:
Posting Komentar