Pages

Labels

Daftar

wellcome in my place...

syarifah layla rahma

SYARIFAH LAILA RAHMAN

never give up if you wanna be succes....

value

syarifah.layla@yahoo.com. Diberdayakan oleh Blogger.

thank you...

Mengenai Saya

Foto saya
speak out frankly and friendship...

Search

Copyright Text

Kamis, 11 Oktober 2012

cinta sejati



Terlihat keras kepala tapi juga mulai merasa takut, Munir mencoba bertahan seperti seekor tupai yang kehujanan diatas dahan,dia tidak berani bergerak sedikitpun.Diatas pohon dan dibatasi dinding pembatas rumah yang tinggi dari kejauhan dilihatnya pintu gerbang terbuka lalu masuklah sebuah mobil mewah yang berjalan perlahan dan akhirnya berhenti di halaman rumah itu,  pintu mobil terbuka kemudian Munir melihat gadis itu keluar dari mobil mewahnya. Gadis yang selalu di incarnya sejak beberapa hari yang lalu.

Wulan adalah gadis yang anggun, setiap mata yang memandang pasti akan terpana akan kecantikannya, tidak hanya para lelaki bahkan teman-temannya juga selalu kagum padanya, banyak laki-laki menyukainya terlebih Munir,apalagi ayah wulan adalah orang terpandang di kampung itu, jadi ada banyak hal yang terlihat sempurna dari wulan yang ingin dimiliki lelaki manapun. Wulan wanita yang ramah, cantik, tidak sombong meski dari keluarga cukup terpandang, dia punya sosial yang sangat tinggi.

                                                            #

            Pernah mendengar suara benda jatuh dari pohon? kira2 seperti itulah munir terjatuh, sambil merintih bandel, munir menyentuh pinggangnya yang kesakitan berlari kecil menjauh agar tidak benar2 ketauan mengintip. Sehingga setelah penjaga kebun memeriksa munir sudah jauh.


            Sore harinya wulan datang kerumah munir untuk mengantar baju jahitan, karna ibunya sudah terbiasa menjahit meski tidak punya toko kusus untuk memudahkan usaha menjahit. Mereka menerima jahitan dari penduduk sekitar walau kadang dengan bayaran seadanya.

wulan sudah sampai ke rumah munir tetapi dia tidak langsung masuk, dan tak sengaja mendengar pembicaraan ibu munir.

            “Munir, hidup kita sudah sangat susah.. pergilah merantau, ibu sudah terlalu tua untuk menjahit, adik2 mu butuh biaya sekolah yang tidak sedikit.. sejak ayahmu meninggal kesehatan ibu sudah menurun, ibu sakit-sakitan, sedang apa tugasmu dikampung selain menggoda para gadis...”  kata ibunya sambil terbatuk2, dan meneruskan jahitannya.

Wanita itu terlihat ingin selalu kuat di depan anak2’a. Umur 40 thn yang sebenarnya belum trlalu tua tapi sedikit lebih keriput akibat kerja keras, beban hidup dan tanggung jawab.

“.. iya bu, aku akan pergi akhir pekan ini dengan beberapa teman, tapi pekerjaannya kasar.. blm tentu uangnya cukup untuk makan disana..” 

sahut munir yang keluar dari kamar dan menghampiri mesin jahit ibunya.

Ibu munir menghentikan jahitannya dan memberi sedikit nasehat kepada munir..

“Terus berusaha saja, Ayah selalu menginginkanmu lebih dari dirinya.. Ibu akan bahagia jika kau bisa bahagiakan dirimu sendiri. Tapi jika kelak kau berhasil jangan lupakan dua adik2 mu, meskipun kau akan durhaka jika melupakan Ibumu..”

Suasana menjadi sedikit mengharukan, apalagi wulan yang sejak tadi mendengar semuanya kini mulai meneteskan airmata, Tingkat kepeduliannya kepada orang lain terlihat jelas di matanya. Wulan berbalik, dia menghapuskan airmatanya, agar tak ada yang tau dirinya sedang menangis.

Ketika wulan kembali membalikkan badannya dan hendak masuk, ia melihat munir sudah berada di pintu dengan terheran heran.

“...wulan ???”  kata munir terkejut. Lalu pergi karna merasa malu. Munir tau bahwa wulan mendengar semua pembicaraannya.

Wulan ingin mengejar dan ingin minta maaf, tapi ia lebih memilih mendekati ibunya munir lebih dulu.. lalu mereka membicarakan sesuatu.

Sementara itu, Dengan kesal munir menghentakkan tubuhnya di pos jaga, dimana disitulah sarang pemuda2 desa. Tempat mereka menghabiskan waktu dan mnikmati masa muda mereka.

“...waww.. teman2.. Dia kelihatan lebih tampan dengan wajah seperti ini” kata salah satu temannya, lalu teman yang lainnya ikut tertawa terbahak’bahak.

Saat itu munir jadi bahan lelucon teman2’nya, Teman dekatnya Fauzan ikut bertanya,

 “kenapa wajahmu teman..”

yang langsung di sambut satu temannya yang lain bernama heri,

“ Fauzan, biarkan aku yang bertanya.. Kenapa wajahmu teman... ha ha ha “

kemudian fauzan kembali tertawa dan menjawab, “ hahaa itu pertanyaan ku kawan..”

heri langsung membalas,
 “ iya, hanya saja aku dengan intonasi yang berbeda,ha ha ha... kau terlalu tegang, lihatlah gayaku... yang puitis...”

seperti itulah keakraban mereka, munir hanya tersenyum kecil melihat tingkah teman2nya sambil menggeleng2 kan kepala,tapi tetap saja dalam ingatan  hanya ada rasa malu terhadap wulan, kadang munir sempat berpikir kenapa ia terlahir menjadi miskin, pertanyaan yang tak pernah bisa di jawab bahkan oleh orang pintar sekalipun.

Setahun setelah Munir berangkat dari rumah, Ibunya mulai gelisah. Munir blm memberi kabar apapun sejak kepergiannya. Kegelisahan Ibunya menjadi-jadi. Setiap mlm Ibunya sllalu kepikiran anak tertuanya itu. Setiap doa adalah hanya untuk keselamatan Munir di perantauan.

Pada sore harinya ketika adik-adiknya pulang mengaji, ibu munir memanggil adiknya munir  yg paling kecil,
“ ikbal, sudah ashar kamu nak?.. kalo blm, shalat dulu... setelah itu jangan lupa berdoa untuk ayah, juga untuk abangmu.. Ibu sangat khawatir, hampir satu tahun abangmu gak kasih kabar apapun ke Ibu...”

“ Abang kan laki-laki.. Ibu gak perlu cemas. Bang Munir pasti baik-baik saja disana, bukan kah Ibu yang bilang, jgn Takut apapun, karna Allah slalu bersama kita. Iya kan? Allah pasti sedang menjaganya dsana, jd ibu jgn sedih lagi..”

Jawaban anak kecil yang sangat menyejukkan hati orang tua manapun. Ibunya tersenyum melihat anaknya yg menggemaskan itu..

setelah anaknya berlalu masuk rumah, di beranda rumah Ibu munir duduk termenung. Tapi beberapa saat kemudian dari jauh ada yang berlari sambil menyebut nama ibunya munir,dia datang dgn terburu2,,, dan ngos-ngosan.

“Bu rahmah... ada surat Bu... dari Munir.. saya dpt kiriman surat ini dari angkut yg lewat... saya permisi dulu bu, ladang msih d biarin, takut ada ternak orang yang masuk... “

“ Alhamdulillah... terima kasih banyak  pak hasan,aduh terburu2 sekali... minum dulu, saya jadi tdk enak....” sahut Ibunya sambil tersenyum dan mencoba mencegah...

Namun orang itu tetap pamit pulang, dan pergi begitu terburu-buru..

Ibu munir merobek bagian ujung amplop, suratnya langsung d ambil. Dengan cepat membacakan isi surat nya, munir hanya menulis beberapa baris saja.


Ibu,
Munir disini sehat,Alhamdulillah. dan pekerjaan lancar. Munir berharap Ibu, maya dan ikbal juga sehat-sehat saja.ini ada sedikit uang, Munir hanya punya segitu. 300.000 emang bukan apa2, tapi itu cukup untuk membeli benang dan peralatan jahit ibu. Doakan munir dsini ya bu.
                                                                                                Anakmu munir.

kamu tak perlu kirimkan uang untuk Ibu nak,kamu baik-baik saja Ibu sangat gembira mndengarnya. Bisiknya dlm hati. Ibu munir sangat sedih campur terharu.

kamu tau sesuatu nak, Wulan membeli mesin jahit baru untuk Ibu, dan Ibu sekarang bekerja d pabrik teman ayahnya. Pabrik tekstil terbesar di kota kita. Ibu tak perlu bekerja keras lagi sampai larut malam sperti dulu, tugas ibu disana hanya mengajar menjahit, layaknya seorang guru.
Ibu suka pekerjaan itu. Sedangkan maya, sepulang sekolah juga sering ke pabrik, dia membantu tmn-tmn ibu dsana. Kata wulan, Lulus SMA tahun depan, maya bisa kuliah di manajemen industri. Maya anak pintar, dia sering membantu menghitung pasokan kain berdasarkan jenis bahan dgn cepat.

Munir tdk melanjutkan lagi bacaan surat balasan dari ibunya, dia terisak-isak menangis karna telah membohongi ibunya.

“maafkan Munir bu...”

Diperantauan munir ternyata belum mendapatkan pkerjaan yg dengan bangga bisa diceritakan kepada ibu dan adik-adiknya, ia bahkan malu pada adiknya maya, maya yang masih SMA saja sudah bisa di percayakan oleh perusahaan besar. Munir benar-benar ingin membahagiakan ibunya, tapi keberuntungan belum ada di pihak dia.

Tekad bulat munir membuatnya terus berusaha, ia hanya membawa ijazah SMA ke tempat perantauannya untuk mencari kerja, sementara dulu ia pernah masuk kuliah.. pertengahan smester ia non aktif sampai sekarang. Terhitung hampir 5 tahun. Munir bukanlah orang yang serius, dia hanya pemuda yang sangat bahagia menikmati hidupnya, itu sebabnya pekerjaan serius pun susah untuk dia dapatkan. namun saat ia memikirkan nasib keluarganya, terkadang Munir juga bisa menangis.

Tapi bidadari pujaan hatinya telah menyelamatkan keluarganya dari keterpurukan, munir berpikir, Tdk kah ia punya keinginan untuk menaklukkan hati gadis idamannya itu. Hanya orang gila yang akan bilang tidak, munir ingin menjadi pria sejati yang di idamkan para wanita.

Wajah dan ketulusan hati wulan membuat Munir bersemangat menjalani hari-harinya di perantauan, hingga perih, sakit, luka, ia rasakan dengan penuh suka cita. Baginya perih hidupnya blm berarti apa-apa di bandingkan dengan betapa sakitnya perasaan ibunya jika saja tau kabar gembira yang ia berikan untuk ibunya itu palsu. Ia akan bersalah selamanya.

Usaha nya yang tdk pantang menyerah membuahkan hasil, saat munir mau menjadi apapun yg d perintahkan orang lain, ia tidak pernah peduli apapun pekerjaannya saat itu. Keberuntungan sedikit demi sedikit mulai memihak pada dirinya.

Berawal dari seorang cleaning service, kemudian ia menjadi satpam d sebuah kantor dinas kepegawaian. berangkat dari situ karna hasil didikan Ibunya yang sangat baik, Munir d percaya menjadi staf biasa d bagian administrasi kantor dinas tersebut.

 Setahun sudah berlalu, munir melanjutkan kembali kuliahnya agar bisa mengurus SK nya. Ia pindah kuliah kekota itu agar bisa dekat dengan tempat ia bekerja.

Stelah semuanya selesai akhirnya Munir di angkat menjadi kepala bagian di kantornya, karirnya sangat cepat, karna munir sangat terampil dlm pekerjaannya. Meski begitu sibuk,bukan berarti dia lupa pada kampung halamannya.

Munir tidak mengatakan kepada ibunya akan pulang ke kampung halamannya, ia ingin memberikan kejutan untuk Ibu dan adik-adiknya.dia sudah punya rencana sendiri.

Munir pulang dengan Mobil mewah, meski blm punya supir pribadi. Ia bisa mnyetirnya sendiri. Sesampainya di kampung halaman, ia merasa sangat bangga, setiap penduduk sekitar rumahnya memberi senyum bahagia untuknya. Di belakang nya ada pak hasan yang mngejar dengan berlari-lari kecil mengikuti laju mobil Munir masuk lorong Rumahnya.

“Muniiiir.... kamu sekarang sudah jadi pejabat ya... saya bangga melihat kamu....” seru  pak hasan cengingisan, sambil memandang bangga Munir yang keluar dari mobilnya setelah di parkir di halaman rumah munir...

“ hehe ah bapak bisa aja, ini perjuangan saya pak di tempat orang... “ jawab Munir tersenyum ramah dan berjabat tangan sambil sedikit membungkuk.. agar dia tidak kelihatan sombong dengan kondisinya saat ini.

Ikbal adiknya yang sudah besar sembunyi di belakang pintu, munir meninggalkan kampung halamannya sekitar 6 tahun lalu. Sejak adik-adiknya masih kecil. Tiba-tiba ibunya langsung keluar sambil menangis terharu melihat putranya pulang dgn sejuta kebahagiaan. Langsung di peluk dan di ciumnya tangan Ibunya dengan rasa Berterima kasih yang teramat sangat.

“ini semua berkat doa Ibu...” Munir sudah tidak bisa berkata-kata lagi.

Pak hasan pun ikut terharu melihat Munir dan Ibunya, sampai-sampai dia lupa ladangnya sudah di serbu ternak-ternak orang.

“bapaaaak... ladangnyaaaa......” teriak anaknya dari kejauhan.

“waduh, mati aku !.. sayuran ku..! bu, munir, saya permisi dulu.... nanti kita sambung lagi ya.....”

Ibunya munir tertawa geli melihat pak hasan yang selalu sibuk dgn ladang dan ternak2 yang mengganggu ladangnya itu.

Maya dan Ikbal sudah berdiri tepat d belakang Ibunya, Munir sampai hampir lupa pada dua adiknya itu,

“ Maya... kamu sudah berubah sekarang, pasti sekarang sudah punya pacar yaa... ayo ngaku...”  kata munir sambil mencubit dua pipi adik perempuan satu2nya itu..

“ih abang sakit tau, maya sudah besar, bukan anak kecil lagi...” kata maya sedikit kesal sambil mengelus pipinya yg kesakitan, tingkah abangnya tidak pernah berubah...

“kamu siapa?” tanya munir kepada ikbal pura2 tidak tau..

Ikbal mengerutkan keningnya, adik kcilnya yang berusia spuluh tahun itu berlari dan bersembunyi di belakang ibunya.

Lalu merekapun tertawa melihat tingkah Munir yang tidak pernah berubah itu.

Munir mengambil surat izin dari kantornya beberapa hari. Dia ingin menghabiskan masa liburannya di kampung halamannya.

Sembari masuk ke dalam rumah.

“oya bu.. ini ada sedikit uang... “ munir memberikan lagi uang 300.000

Ibunya terheran heran...

“uang apa ini ?” tanya ibunya

“Itu uang bener2 hasil kerja keras Munir bu...” sahut munir sambil tersenyum...

Ibunya masih heran,

“lantas yang dulu bukan hasil kerja keras?” tanya ibunya lagi..

“bukan bu.. Munir ngutang 300.000 sama teman wat ngirim k kampung.. saat itu munir belum dapatin pekerjaan..”

Ibunya menggeleng gelengkan kepala, “seharusnya kamu ga perlu seperti itu..ibu tau dsana kamu baik2 aja ibu sudah sangat senang..”

Munir hanya tersenyum.... ia bisa memberikan lebih dari itu sekarang ini, namun 300.000 itulah simbol perjuangan munir.

Beberapa hari d kampung halaman membuat munir merasa sangat senang,dia juga menghabiskan waktu bersama teman-temannya di pos jaga. Tempat dia biasa main. Tetapi beberapa temannya ada juga yang sudah berkeluarga. Salah satunya heri. Heri meminang anak tetangganya. Jadi dia msih bisa bertemu heri, sementara teman nya yang lain sudah tinggal d tempat lainnya.

Pos jaga tidak se ramai dulu, bahkan hanya ada beberapa orang. Saat itu hanya heri yang ada dsana. Tmn yang satu nya pamit pulang.

“punya istri itu enak loh :D hi hi ?” Kata heri tertawa kecil memulai percakapan.

“kapan kau kawin?’’ tanya heri lagi

“belum.. susah juga menaklukkan wanita..” kata munir pelan

Mereka sama-sama tidur telentang, sambil bicara melihat ke awang awang... layaknya orang yang sedang menghayal bebas..

“hey kawan.. apa lagi yang kau tunggu.. kau punya wajah yang lumayan, di banding aku, kau juga sudah menjadi orang hebat, Pasti banyak wanita yang bersedia..” kata suheri temannya mengacau.

“aku tidak akan menikah dengan wanita seperti itu...” jawab munir sedikit tegas sambil melihat tmn nya

“Kenapa?” tanya heri lagi

“aku hanya akan menikah dengan orang yang peduli padaku saat hidupku dalam kondisi terpuruk, bukan Cuma peduli, dia bahkan mengubah kterpurukan mnjadi hdup yg lebih baik.dan aku sudah menemukan orangnya, sejak dulu.” Jawab munir yang pandangannya tidak jelas, seakan dia sdg bcara dgn angan angan nya.

“emmmm masih mengharapkan wulan? Cintamu hebat ya, bisa bertahan.. sprti tdk ada wanita lain saja di kota besar sana” cetus heri sembarangan

“memang tidak ada, dimanapun hanya ada wulan. . bahkan saat aku melarat di perantauan. Karna wajah dan ketulusan hati wulan, aku bertahan.. semoga hatinya belum dimiliki oleh orang” jwab munir yg sudah ter tidur di pos jaga. Dia mulai mengigau dgn pertanyaan suheri..

Deru mobil di pinggir jalan kota kecil itu sdikit bising, membuat munir terjaga dari tidurnya di pos jaga. Lalu segera beranjak pulang.

Di rumahnya sudah ada wulan yang sedang membicarakan kuliah maya, munir sampai d pintu rumah yang tanpa malu lagi masuk ke rumah sederhananya matanya tak pernah lepas memandang wulan dan menyalami nya.
 Wulan sedikit kaget dan malu sambil bertanya.
“kapan pulang?”

Munir tidak menjawab pertanyaan nya melainkan pamit keluar sama ibunya,
“bu.. aku ingin mengajak wulan keluar sbentar..”

Ibunya hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu munir membawa wulan jalan mengelilingi desanya, sambil berbincang2..

“emm gmna rasanya hdup d perantauan..?”
Wulan memulai percakapan.. sambil tersenyum melihat wajah munir yang linglung sambil berjalan kecil...

Munir memandang senyum itu sedikit lama.. terlihat dari wajahnya sebuah cinta, senyum itulah yang membuat hidupnya menjadi lebih baik. Wulan adalah bidadari bagi munir. Bidadari yang menyelamatkan keluarganya. Bidadari di dalam hatinya. Bahkan wulan tak tergantikan gadis kota.

“emmm apa tdk ada jawaban untuk pertanyaan ku?”
Wulan kembali bertanya sambil tersenyum sekali lagi, yang membuat munir terbangun dari pandangannya terhadap wulan.

Munir mulai merasa malu, dia tidak tau ingin menjawab apa. Dan tersenyum malu tdk tau ingin membicarakan apa. Seperti kebanyakan orang yang sedang jatuh cinta.
Akhirnya kluar kata2 yang membuat wulan bingung.

“kemanapun aku pergi, aku hanya ingat ibuku dan adik2 ku. Mereka sungguh beruntung di perhatikan bidadari sepertimu”

Mereka terus berjalan, wulan terlihat sangat bingung. Munir melanjutkan kata2 nya,
“ di perantauan aku hanya ingin bertahan hidup, supaya tidak perlu merepotkan ibu d kampung. Saat aku melarat, saat aku merindukan mereka, saat aku merasa sangat sedih atas nasib yang terasa bgitu buruk, bahkan saat aku sangat lapar sekalipun, aku msih bisa tersenyum saat berpikir ibu dan adik2 ku baik2 saja disana karenamu.”

Wulan mulai mendengar serius ucapan2 munir..
Munir terus meracau,
“ satu hal yang tidak pernah bisa kulakukan adalah memanjat pohon akasia d sebelah tembok rumahmu lagi..”
Meski ucapan munir terlihat bergurau, tapi ia memandang wulan dengan sangat serius, hingga membuat wulan tersipu malu.

Wulan pun bertanya lagi tanpa memandang munir, sambil terus berjalan,
“ naik lift di gedung tinggi di tempat kerja abang kan lebih nyaman..”

Munir mulai mnyatakan perasaannya.. tanpa ragu lagi..
“ saat aku d kampung dulu, setiap sore hari.. aku selalu ingin melihatmu pulang.. meski selalu d lempari tukang kebun d rumahmu karna melihatku sering mengintip dari balik tembok, meski aku selalu jatuh kesakitan, aku tidak peduli.. tapi saat berada di perantauan, aku merindukan itu. Aku tidak prnah bisa lagi memanjat akasia itu untuk melihatmu..”
Wulan terdiam.. dan munir melanjutkan lagi ungkapan isi hatinya,
“Sekarang aku pulang bukan sekedar ingin melihat ibu dan adik2ku, tapi juga karna merindukanmu, cintaku bertahan, bahkan aku merasa kuat saat aku lemah d perantauan, semua karenamu.. aku jatuh cinta bukan karna ayahmu orang terpandang, bukan itu.. tapi hatimu terlalu baik, sampai2 aku terlena olehnya.. kamu memperhatikan kluargaku begitu tulus, tanpa mengharap apapun.. kami juga tak pernah bisa membalasnya, tapi izinkan aku mencintaimu.. aku ingin meminangmu”

Wulan sangat tersipu malu oleh kata2 yang d ucapkan panjang lebar oleh munir..
Lalu munir memandang nya mengharap satu jawaban yang sangat menentukan arah masa depan bahagianya.. beberapa saat mereka saling memandang dan terdiam. Wulan juga merasa berdebar2, terlihat dari senyumnya yang tersipu malu. setiap wanita juga akan merasakan hal yang sama saat ada laki2 yang bgitu tulus mencintainya.. apalagi munir yang punya wajah rupawan, pemuda desa yang sukses, juga keluarga yang sudah di kenal olehnya.. dengan tersipu malu wulan menjawab lembut..

“ minta lah doa restu pada ayah dan ibuku.. “ wulan mngatakannya sambil tersenyum memandang munir yg penuh harap.

Munir bahagia sekali, perasaannya berbunga-bunga.. tak ada kata yang bisa dia ucapkan. Lalu dengan perasaan bahagia mereka pulang.

Dua minggu setelah hari itu, pesta pernikahan megah di gelar di rumah wulan.. hari itu wulan menjadi wanita paling cantik bersanding dengan munir yang juga terlihat sangat gagah.
Ibu munir menangis terharu, sambil mencium kening wulan dan berkata..
“ munir anak ibu yang nakal, terkadang sikapnya juga menjengkelkan.. tapi saat bersanding dengan nak wulan, dia jadi pria yang sangat gagah.. semoga jadi pasangan yang bahagia sampai tua nanti..”

Wulan hanya tersenyum, dan munir yang memberi jawaban pada ibunya..
“ itu dulu bu.. sekarang aku sudah dewasa.. mohon doa restu untuk kami ya bu.. doakan munir dan wulan bisa mnjadi keluarga yang sakinah mwaddah warahmah..”

Stelah ibunya berlalu, munir memandang wulan dengan penuh cinta, bidadari itu sekarang adalah miliknya..
“ aku selalu mencintaimu wulan.. istriku..”
Wulan hanya terus tersenyum bahagia.
  
oLeh    :
SYARIFAH LAILA RAHMAN


*note: tadinya pngin bikin jd novel, d bukukan dan alur critanya d perpanjang.. tp takut gak ada yg beli bukunya :D hehe

0 komentar:

Posting Komentar